Sabtu, 09 Oktober 2010

Cawan Dan Kopi


Sekelompok alumni sebuah perguruan tinggi terkemuka, yang telah mencapai
kedudukan atau keberhasilan karir yang baik, bersilaturahim di rumah dosen
pembimbing mereka dahulu, seorang profesor yang bersahaja. Mereka sangat
terlena dengan perbincangan yang akrab dengan beragam topik.

Sampailah mereka ke dalam perbincangan topik ’stress’. Sindrom tekanan
hidup yang mereka alami, dike luhkan berulang-ulang. Beberapa diantaranya,
saling menguatkan keluhan itu, sehingga menambah kekecewaan dan rasa pesimis. Melihat perbincangan yang tidak sehat itu, sang professor tersenyum simpul dan meminta izin sebentar untuk ke dapur.

Sang professor bergabung kembali ke dalam ruangan dengan membawa nampan
berisi beberapa jenis cangkir dan gelas serta sebuah teko berisi kopi hangat. Hal yang sangat tidak lazim adalah dibawanya cangkir dan gelas yang beragam itu. Ada yang diperbuat dari porcelain, plastik, kaca dan kristal. Ada yang kelihatan biasa dan ada pula yang kelihatan sangat mahal. Professor itu mempersilahkan mereka menuang sendiri kopi tersebut.

Setelah semua anak didiknya mengambil kopi masing-masing, professor itu
berkata: “Mohon diperhatikan dengan teliti. Bukankah, semua cangkir dan gelas
yang cantik dan mahal telah diambil, dan menyisakan cangkir dan gelas yang
biasa dan kelihatan murah. Ini adalah keadaan yang sangat biasa, yaitu kita
menginginkan yang terbaik dalam hidup. Tetapi, tidakkah Anda semua menyadari, bahwa terletak pada cara pandang inilah, semua masalah dan ’stress’ yang menakutka n itu berpangkal.”

“Apa yang sebenarnya Anda perlukan adalah kopi, bukan wadahnya, tetapi
Anda semua lebih memperhatikan dan lebih tertarik untuk memilih wadah tercantik.dan termahal. Dan yang lebih mengherankan lagi adalah, Anda sibuk memperhatikan wadah yang telah diambil oleh orang lain.”

“Kehidupan adalah kopi. Jabatan, uang, dan kedudukan di dalam masyarakat adalah wadah tersebut. Wadah itu hanyalah alat untuk nenampung, dimana sesuatu yang akan ditampungnya adalah kehidupan itu sendiri. Kehidupan tidak berubah hanya karena alat tampungnya yang berubah.Kadangkala kita terlalu fokus kepada wadah yang kita pegang hingga kita gagal untuk menikmati kopinya. Dan yang lebih menyedihkan, Anda semua sibuk memperhatikan dan beriri hati atas wadah yang dipegang orang lain.”

“Nikmatilah kehidupan yang ada” Karena kebahagiaan itu sederhana dan harus diputuskan sekarang. Maka berbahagialah. Smoga keikhlasan anda bekerja hari ini bukanlah semata untuk mencari Cangkir yang gemerlap

Posted by diosdias under Kisah Inspiratif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

justmegaz